Share this page

Membaca Sejarah di Keraton Sumenep

Kompas.com - 22/Aug/2019 , 15:46 WIB

Membaca Sejarah di Keraton Sumenep

 

KOMPAS.com -  Keraton Sumenep merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup populer di Kota Sumenep. Nilai historisnya dijaga secara turun temurun hingga saat ini.

Tak heran banyak sekali wisatawan dari luar kota yang datang ke keraton yang hanya ada satu di Jawa Timur itu. Datang ke sana berarti membaca juga sejarahnya.

Keraton yang dulu disebut dengan Karaton Pajagalan ini dibangun di atas tanah pribadi milik Penembahan Somala, penguasa Sumenep XXXI. Lauw Piango, arstiek keturunan Tiongkok, membangun keraton ini pada 1781 di sebelah timur keraton miik Gusti R Ayu Rasmana Tirtonegoro dan Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro.

Bangunan keraton terdiri dari Gedong Negeri, Pengadilan Karaton, Paseban dan beberapa bangunan pribadi milik keluarga keraton.

Gedong Negeri merupakan merupakan pintu masuk keraton yang dibangun oleh pemerintah Belanda. Dulu, Gedong Negeri adalah kantor bendahara dan pembekalan Karaton yang dikelola oleh Patih yang dibantu oleh Wedana Keraton.

Pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, Paseban (Pendopo Ageng) digunakan sebagai tempat sidang yang dipimpin langsung oleh Sang Adipati. Kini, Paseban dialihfungsikan menjadi toko souvenir.

Ada juga pemandian Putri Taman Sare yang sampai saat ini masih terdapat air di dalamnya. Air dari Pemandian Putri Taman Sere diyakini memiliki berbagai khasiat.

Jika Sobat Pesona mengambil air dari pintu pertama, maka akan awet muda dan dekat dengan jodoh. Jika dari pintu kedua, rezekinya akan lancar dan dari pintu ketiga konon akan meningkatkan ketakwaan.

Keraton Sumenep.https://pesona.travel Keraton Sumenep.

Untuk memulai wisata historis di Keraton Sumenep, Sobat Pesona bisa mengawali dari sisi selatan keraton. Di sini, terdapat daftar nama-nama Raja dan Bupati Sumenep, mulai dari masa kepemimpinan Arya Wiraradja (1269-1292) hingga Tumenggung Tirtonegoro (1750-1762) dan bupati Sumenep saat ini.

Di sana juga ada kereta kencana berusia 1.000 tahun milik Arya Wiraradja.

Lalu, meski Sobat Pesona akan terpesona dengan keindahan keraton ini, ada beberapa tempat yang tidak boleh dimasuki oleh wisatawan. Alasannya karena untuk menjaga kesucian dan kesakralan tempat tersebut.

Ruangan yang diyakini menjadi tempat tidur raja dikunci rapat. Kita hanya bisa melihat dari jendela kaca. Dari jendela itu, kita bisa melihat sebuah tempat tidur mewah yang diapit oleh dua lemari di sisi kiri dan kanannya.

Keraton Sumenep juga menyimpan Prasasti Keraton Sumenep, wasiat Panembahan Somala. Isi prasasti ini menjelaskan tentang kompleks bangunan yang dibangun diatas tanah wakaf Pangeran Natakusuma Adipati Sumenep. Artinya, tanah serta bangunan keraton tidak dapat dirusak atau wariskan.

Keraton Sumenep juga merupakan titik penting dalam pembangunan Kota Sumenep. Menurut sejarah, konsep dasar pembangunan dan tata kota Sumenep berdasarkan ajaran Islam yang berbunyi, "Hablum minnallah wa hablum minannas", artinya, "berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan manusia".

Menurut penjelasan, alun-alun Sumenep adalah pusatnya. Di sisi barat, melambangkan Tuhan yaitu dengan adanya Masjid Jamik Sumenep. Di sisi timur melambangkan hubungan dengan manusia yaitu dengan adanya Keraton Sumenep.

Baca artikel lainnya:
Keunikan Pantai Badur Sumenep yang Bikin Kita Betah

Campor, Warisan Kuliner Sumenep

Melihat Bali Pra Sejarah di Monumen Bajra Sandhi

Pelajari budaya Indonesia dan temukan keindahan dari kekayaan beragam yang ada di dalamnya. Baca ceritanya lewat Pesona Indonesia.

 

 

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya