Share this page

Sintren, Tarian Mistis dari Cirebon

Kompas.com - 2/Jul/2019 , 15:29 WIB

Sintren, Tarian Mistis dari Cirebon

KOMPAS.com-Sintren, atau juga dikenal dengan nama Lais adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon.

Kesenian itu terkenal di pesisir utara Jawa, di bagian Barat dan Tengah. Mulai dari Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Tegal, Banyumas hingga Pekalongan.

Tarian sintren merupakan seni tradisional Cirebon yang mengandung unsur magis. Nama sintren sendiri berasal dari gabungan dua kata, yakni si dan tren.

Dalam bahasa Jawa kata "si" merupakan sebuah ungkapan panggilan yang memiliki arti ia atau dia. Sedangkan kata "tren" berasal dari kata tri atau putri. Oleh karenanya, sintren memiliki arti si putri atau sang penari.

Konon tarian sintren menceritakan kisah cinta Ki Joko Bahu dengan Rantamsari yang tidak disetujui oleh Sultan Agung, Raja Mataram.

Ki Joko Bahu dan Rantamsari dipisahkan dan tersiar kabar bahwa Ki Joko Bahu meninggal. Namun Rantamsari tidak percaya dan mencari kekasihnya dengan menyamar sebagai penari sintren.

Jatuhnya manusia karena nafsu duniawi

Tarian Sintren menggambarkan kesucian sang putri atau sang penari. Masyarakat Cirebon menyakini tarian ini tak boleh ditampilkan atau dilakukan secara main-main.

Seorang penari hanya boleh membawakan tarian sintren dalam keadaan suci dan bersih. Makanya, sebelum melakukan pementasan sang penari harus melakukan puasa terlebih dahulu dan menjaga agar tidak berbuat dosa.

Tontonan Tari Sintren, seni tradisional Jawa Barat.https://pesona.travel Tontonan Tari Sintren, seni tradisional Jawa Barat.

 

Hal itu ditujukan agar roh tidak akan mengalami kesulitan untuk masuk dalam tubuh penari. Kesenian tari sintren pada mulanya dipentaskan pada waktu yang sunyi, di saat malam bulan purnama, karena kesenian tari ini berhubungan dengan roh halus yang masuk ke dalam sang penari.

Tari sintren dibawakan oleh seorang wanita yang mengenakan kostum khusus dan berkacamata hitam. Sebelum melakukan tarian, biasanya sang penari akan masuk ke dalam sebuah kurungan dalam keadaan terikat tali tambang. Kurungan kemudian ditutup dengan kain.

Saat penari keluar dari kurungan itulah penonton dibuat takjub. Penari berhasil lolos dari ikatannya dan sudah berganti pakaian.

Musik langsung menyambutnya, dan penari pun langsung berjoget. Uniknya, setiap ada penonton yang sawer, melemparkan uang ke penari, penari langsung terjatuh dan berhenti menari.

Meski terlihat aneh dan menghibur, jatuhnya penari karena sawer ini sebenarnya merupakan pesan penting yang disampaikan lewat tari sintren. Jatuhnya penari menggambarkan bahwa manusia kerap lupa diri ketika sudah bergelimang harta.

Uang yang dilempar ke penari dimaknai sebagai harta atau nafsu duniawi. Penari sebagai gambaran kita atau manusia, langsung jatuh ketika terkena lemparan uang.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Cirebon berikut ini:

Lukis Kaca Cirebon, Adaptasi Seni Eropa dengan Budaya Lokal

Mencicipi 3 Kuliner Khas Cirebon

Jejak Kejayaan Kesultanan Cirebon

Baca juga mengenai ragam budyaa Indonesia lainnya. Informasinya bisa didapatkan di laman Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya