Share this page

Kapal PLTD Apung, "Oleh-oleh" dari Tsunami Aceh

Kompas.com - 30/Jun/2019 , 08:31 WIB

Kapal PLTD Apung,


KOMPAS.com -
Kapal milik perusahaan listrik negara yang berdiri kokoh di kota Banda Aceh adalah satu bukti sejarah dahsyatnya bencana tsunami yang melanda Aceh sekitar 15 tahun silam.

Kapal dengan bobot seberat 2.600 ton tersebut benar-benar masih ada hingga saat ini. Itulah Kapal LPTD Apung, oleh-oleh dari bencana tsunami yang terjadi pada 2004.

Jika dipikir lagi, kapal yang dibawa gelombang tsunami ke tengah kota Banda Aceh ini memang nyaris tak masuk akal. Saat kejadian tsunami 26 Desember 2004 silam, kapal ini sedang berada di Pantai Ulee Lhee, Banda Aceh.

Akibat diterjang tsunami, kapal terseret dan terdampar 5 kilometer ke perkampungan Gampong Punge, Blangcut, Banda Aceh. Kini duka pun sudah berlalu, masyarakat Aceh perlahan pun  mulai bangkit dan berbenah diri.

Jadi monumen Tsunami

Kapal besar itu menjadi saksi sejarah bencana tersebut. Oleh karenanya, saat ini kapal pun di jadikan monumen peringatan tsunami di Aceh sekaligus tempat wisata bagi masyarakat Aceh.

Suasana Kapal LPTD Apung dilihat dari atas.Sandy Mahendra Suasana Kapal LPTD Apung dilihat dari atas.

Sejak April 2012, kapal ini sengaja di kelilingi  pagar besi setinggi 1,5 meter. Beragam fasilitas ditambah, mulai dari jembatan, prasasti, hingga ruang dokumentasi.

Di depan pos jaga terdapat prasasti setinggi kurang lebih 2,5 meter. Di bagian paling atas terdapat jam bundar yang merujuk angka 07.55 WIB yang merupakan waktu terjadinya tsunami kala itu.

Di bagian bawah prasasti berisi nama-nama desa dan korban jiwa. Di dekat prasasti terdapat relief terbuat dari tembaga yang berkisah terdamparnya PLTD.

Setelah melintasi prasasti, pengunjung langsung dihadapkan pada kapal raksasa yang bagian bawahnya terbenam di tanah. Ada beberapa undakan di kapal ini.

Wisatawan mengunjungi Kapal LPTD Apung di Aceh.Sandy Mahendra Wisatawan mengunjungi Kapal LPTD Apung di Aceh.

 

Di puncak terdapat beberapa teropong. Jika diarahkan ke utara, maka terpampang Samudera Hindia, ke selatan dan timur ada Kota Banda Aceh, dan ke arah barat ada kota dan perbukitan.

Kondisi kapal pun masih utuh. Sisa-sisa tsunami juga terlihat jelas, seperti rumput yang tersangkut di ban, pasir di dalam ruangan, kabel yang putus, dan lain-lain. Jangkar tergeletak berada di dek paling bawah. 

Masyarakat sekitar juga sangat ramah, bahkan tak jarang para pedagang souvenir di tempat ini kerap menceritakan kejadian yang terjadi kala itu.

Mereka tak segan menceritakan bekas rumah siapa yang terkena tsunami. Ada juga cerita soal masjid yang tidak hancur terkena tsunami yang semuanya dengan senang hati mereka ceritakan kepada wisatawan.

Menurut masyarakat setempat, PLTD Apung juga sebenarnya bertengger menimpa sebuah rumah. Wisatawan masih bisa melihat sisa tembok, bahkan sofa kusam dari rumah tersebut dibiarkan begitu saja.

Baca juga artikel seru lainnya tentang destinasi di Aceh berikut ini:

Mie Aceh, Mie Kari Pedas dari Serambi Mekah

5 Oleh-Oleh Khas Aceh Ini Wajib Dibawa Pulang

Melihat Pembuatan Rencong Aceh, Senjata yang Ditakuti Penjajah

Telusuri kisah lainnya lewat Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya