Share this page

Berkenalan dengan Rumah Adat Sumba di Kampung Praijing

Kompas.com - 22/May/2019 , 03:54 WIB

Berkenalan dengan Rumah Adat Sumba di Kampung Praijing

KOMPAS.com - Di tengah laju modernitas, warga Sumba masih memegang teguh budayanya. Jejak itu bisa ditemukan di sejumlah kampung adat yang sudah berusia ratusan tahun. Salah satunya adalah Kampung Praijing di Tebara.

Kampung Adat Praijing terletak di Desa Tebara, Kecamatan Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Tmur. Di kampung ini tersisa 38 rumah tradisional khas Sumba. Sebelum mengalami kebakaran pada tahun 2000, tercatat ada 42 rumah tradisional di kampung ini.

Praijing berjarak tiga kilometer dari pusat kota Waikabubak.

Dari ketinggian, pengunjung dapat leluasa menikmati bentang kota Waikabubak yang memiliki pesona alam dengan hamparan sawah menghijau.

Rumah adat Sumba biasa disebut Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Uma Bokulu bermakna rumah besar, sementara Uma Mbatangu berarti rumah menara.

Rumah tradisional Sumba berbentuk rumah panggung dengan atap berundak menjulang bak menara.

Menyimpan makna

Tokoh setempat menyebutkan rumah adat di kampung tersebut terbagi menjadi tiga bagian. Pada bagian bawah (Lei Bangun) dipergunakan untuk memelihara hewan ternak, bagian tengah (Rongu Uma) untuk penghuni, dan bagian atas atau menara (Uma Daluku) diperuntukkan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan alat pusaka.

Penduduk setempat meyakini bahwa Marapu bersemayam dan menyaksikan mereka dari menara ini, sehingga titik tersebut mendapat perlakuan khusus.

Menara yang berada pada tengah rumah ditopang empat tiang yang sekaligus juga berfungsi sebagai penopang rumah.

Ruang di antara empat tiang itu difungsikan sebagai tempat untuk memasak. Perapian ini juga berfungsi untuk mengawetkan bahan makanan yang disimpan di atasnya.

Pada tiap tiang terdapat semacam ukiran yang digunakan sebagai pintu pembeda antara pintu laki-laki dan pintu perempuan.

Pintu atau 'tiang perempuan' letaknya dekat dengan dapur yang merupakan pusat aktivitas Inna—panggilan ibu.

Sementara tiang lainnya disebut dengan 'tiang laki-laki' karena tempatnya bedekatan dengan ruang tamu tempat pada pria berdiskusi.

Biasanya pintu laki-laki digunakan oleh kepala rumah tangga atau ayah untuk masuk ke dalam rumah. Sedangkan pintu perempuan digunakan oleh ibu yang akan pergi ke pasar.

Keyakinan

Mayoritas warga Sumba memeluk kepercayaan Marapu—agama asli yang masih hidup dan dianut oleh orang Sumba.

Marapu diartikan "yang dipertuan" atau "yang dimuliakan". Dasarnya adalah pada pemujaan arwah-arwah leluhur.

Dalam bahasa Sumba, arwah-arwah leluhur itu disebut Marapu, yang memiliki arti yang dipertuan atau dimuliakan. Itulah sebabnya agama yang mereka anut juga disebut Marapu.

Baca juga artikel tentang Sumba berikut ini:

Sumba Barat, Wisata ke Kampung Adat dan Pantai Perawan

Pasola, Festival Tahunan Yang Eksotis Dari Sumba

Anahida, Mutiara Sumba yang Secantik Senja

Pelajari budaya lainnya di ragam destinasi wisata Indonesi. Informasinya ada di Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya